Too good : narasi II
Syakilla memejamkan matanya kesal saat lagi lagi Aqia menyentuh dahinya dengan punggung tangan gadis itu, memastikan apakah Syakilla benar benar sembuh dari demam yang tiba tiba menyerangnya kemarin.
“Kalo masih pusing, TM nya diundur lagiー” “Gak usah berlebihan, deh.. Gue beneran udah nggak papa, Aqia...”
Aqia berdecak, ia menyandarkan punggungnya pada kursi mobil, mencari posisi nyaman sebelum menyalakan kendaraan beroda empat itu.
“Gue cuma mastiin kalo lo baik-baik aja, nggak lucu kalo lo disana tiba-tiba pingsan.” Syakilla terkekeh pelan sebelum dirinya ikut menyandarkan punggungnya pada kursi mobil.
“Udah lebih baik ketimbang kemarin, serius deh.” Aqia masih menatapnya ragu, namun, senyuman lembut dari Syakilla, membuat Aqia menghela napas, bagaimanapun, keputusan Syakilla tidak bisa diganggu gugat.
“Kita berangkat, tapi janji sama gue,” “Kalo udah ngerasa ada yang nggak enak dari badan lo, lo harus jujur sama gue.”
Syakilla mengangguk, “Iyaa Aqiaa...”
“Kantornya beneran se-kondusif itu, ya.” Syakilla benar benar kagum terhadap kantor yang ia datangi untuk technical meeting, yang membahas tentang seminar yang akan ia datangi hari rabu besok, bagaimana tidak? Semenjak dirinya masuk ke dalam perusahaan start-up itu, suasana benar benar hening, tidak ada yang berbicara, hanya suara ketikan keyboard yang masing masing dari karyawan kantor tersebut.
Atau gumaman pelan dari beberapa karyawan yang memang sedang mengobrol di sudut ruanganーtempat beberapa snack atau minuman yang telah disediakan oleh perusahaan tersebut.
“Syakillaaa, Aqiaaa, akhirnya kalian dateng.” Itu Sevia, penanggungjawab acara yang akan dibintangi oleh Syakilla.
“Baru dateng atau dari tadi?” “Baru aja kok, Vi.”
“Yaudah, langsung masuk ke ruang meeting, ya. 10 Menit lagi kita mulai meetingnya.”
“Yaa, jadi begitu, mungkin ada pertanyaan dari Syakilla tentang acaranya?”
Syakilla melepas kacamata minusnya yang bertengger manis diatas hidung mancungnya, kepalanya melihat sekilas beberapa panitia acara tersebut.
“Ini cuma aku, yang jadi bintang tamunya?” Tanyanya penasaran.
“Ah, untuk itu, sebenarnya ada 2 bintang tamu, Kil, tapi karena dia lagi ada halangan, jadi nggak bisa dateng, jadi kita bakalan ngadain TM lagi khusus dia, besok.” Jelas Biruーpemuda yang berada di seberang Syakilla, salah satu panitia dalam acara webinar tersebut.
“Gitu...”
“Ada lagi?” Syakilla menggeleng, “Cukup kok, tadi juga udah di sampein sama Aqia beberapa hal buat acara nanti dari aku sama Aqia.”
Semuanya mengangguk mengerti, Sevia lantas segera berdiri, mengakhiri pertemuan mereka dengan beberapa kru yang menjadi panitia dalam acara tersebut.
“Kil,” “Ya, Sevia?” “Kata Aqia lo sakit?”
“Hahaha, iya, kemarin, tiba tiba panas, tapi udah sembuh kok.” “Jaga kesehatan deh, yaa, acaranya h-2 soalnya, ntar kalo lo sakit, siapa yang gantiin lo...” Syakilla tersenyum lebar, tangannya ia gunakan untuk memeluk sejenak tubuh Sevia yang ada dihadapannya itu.
“Iya-iyaaa, gue bakalan jaga kesehatan.”
“Oh iya, emang bintang tamu selain gue siapa sih, Sev? Gue kenal nggak?”
Keduanya terdiam, “M-maksud gue, kalo gue nggak kenal, takut ntar canggung pas acara, mana belum pernah TM bareng kan...”
Sevia tertawa kecil, “Santai ah, gitu aja lo gugup,” Tangannya merangkul Syakilla dari kanan.
“Dia penulis juga kok,” “Oh iya?” Sevia mengangguk.
“Dia penulis, tapi dia juga punya perusahaan penerbit gituu, paham nggak sih? Gitu deh.”
Gadis dengan topi baseball biru itu menganga takjub, “Keren banget, dia penulis terkenal?”
“Kayaknya...? Masalahnya tuh, dia udah lama hiatus, dari kapan, ya? Tahun 2018? Kayaknya, lama kan?”
“Awal gue nulis...” “Terus kenapa diundang?”
“Tulisan tulisannya dulu, selalu best seller, selalu nempatin nomer 1 di toko buku.” “Kalo lo orangnya nyari buku buku yang best seller gitu, kayaknya bakalan tau sih, orangnya siapa.”
Syakilla meringis seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, “G-gue kalo beli buku, yaa buku yang penulisnya gue suka...”
“Gue udah nebak sih, hahahaha” “Emang siapa sih, penulis itu?”
“Gionino,” “Gionino Baskara Nugraha, dia suka nulis genre thriller, berbanding balik sama lo yang suka nulis romance.”