Pemakaman
Air mata terus menerus mengaliri pipi wanita berumur sekitar 29 tahun itu, matanya menatap gundukan yang kini sudah ditaburi bunga serta parfum di atasnya, dengan nisan putih yang terukir nama indah, yang sampai kapanpun, akan dikenang oleh wanita itu.
Usapan pada bahunya membuat ia menoleh sedikit ke arah kiri, mendapati pria tinggi yang tengah menatapnya sendu.
“Juan…”
Sang empu segera memeluk erat perempuan itu, “Gue, turut berduka cita ya, Sy..”
Arsy, wanita dengan pakaian serba hitam itu semakin mengeratkan pelukannya dengan wajah yang ditenggelamkan pada dada sang lelaki, Juan hanya mengusap punggung sempit sang wanita seraya menatap makam yang masih baru itu.
“Sssttt, jangan nangis terus…” “G-gimana aku g-gak nangis? HksーAbiー” “Sssttt, udah yaa? Nanti dia juga ikut sedih kalau kamu nangis terus..”
Juan mengusap pipi Arsy dengan kedua ibu jarinya sebelum ikut mengusap kepala Arsy dengan penuh sayang.
Matanya tak sengaja menatap anak kecil yang hanya berjongkok dengan mata yang tak henti henti nya menatap makam itu, dengan tangan yang sesekali memainkan tanah merah.
“Hey, boy.” Anak itu menoleh,
“Om Juan.”
Pria berumur 31 itu lantas tersenyum, ia ikut berjongkok di samping anak lelaki yang kini terus menatapnya.
“Feel sad?” “Hmm, tapi aku harus kuat,” Ia tersenyum manis,
“Kalau aku nangis, nanti Bunda ikut sedih.”
Juan tak bisa menahan senyumnya, ia bawa tangannya untuk mengusap kepala keponakan nya itu seraya mengecup kecil keningnya.
“Good boy, jadi cowok emang harus kuat, Dam.”
Adam, anak dari teman sekaligus sepupunya itu terkekeh pelan dengan lesung pipi yang terlihat di pipi kanannya.
“Your parents educated you well, boy.”
Baru saja ingin menimpali, mata bulatnya tak sengaja melirik seseorang yang berjalan tergesa ke arahnya, Adam segera beranjak dari duduknya,
“Ayah!”
Direngkuhnya tubuh sang Ayah dengan erat, yang lebih tua mengusap punggung sempit itu dengan sayang.
“Hey, maaf Ayah telat..”
Dilepaskannya pelukan itu, matanya kini menatap wanita yang menatapnya dengan linangan air mata yang terus mengucur deras dari pelupuk matanya.
“Sayang..”
“HksーAbiーAbi udah nggak ada, Abian..” Pria itu segera merengkuh Arsy, wanita itu semakin meraung dengan wajah yang tenggelam pada dada sang suami.
Abian, pria berumur 30 tahun itu terus mengusap punggung sempit istrinya seraya mengeratkan pelukannya, mencoba untuk menenangkan sang istri yang baru saja ditinggal oleh pria terkasihnya untuk selamanya.
Ayah mertuanya, atau yang sering ia panggil Abi.
“Sstttt, tenang, sayang…” “Abiーdia ninggalin akuーhks.”
“Ada aku, ada aku yang bakal gantiin posisi Abi buat jaga kamu, ada aku, ada Adam yang siap jaga kamu, Arsy..”
Merasa di sebut, anak kecil berumur 4 tahun itu mendongak, menatap Abian yang tersenyum ke arahnya, bergerak mendekat.
“Adam mau peluk Bunda juga…”
Arsy yang mendengar itu segera melepaskan pelukannya, ia berjongkok agar sejajar dengan Adamーanaknya bersama Abian yang mengikuti dirinya.
“Sini, peluk Bunda.” Adam segera memeluk Arsy dengan tubuh kecilnya, berusaha untuk menenangkan sang Bunda, yang berhasil membuat Arsy terkekeh pelan, tak lama setelah itu, Adam melepaskan pelukannya, menatap Abian yang mengusap lengan sang istri.
“Ayah juga,” “Hmm?”
“Ayo, Ayah, kita jadi pengganti Abi, jagain Bunda untuk selamanya.”
Abian tersenyum, bergerak untuk mengecup kening Abian dan Arsy bergantian, “Ayo, kita jadi pahlawan untuk Bunda.”
Arsy manggil orang tua nya Abi sama Umi, Umi nya udah meninggal 3 bulan setelah Arsy sama Abian menikah, 5 tahun setelahnya ( saat ini ) Abi nyusul Umi.
Juan : Sepupu Arsy yang kebetulan jadi temen deket nya Abian waktu kuliah ( karena Juan juga, Arsy sama Abian bisa ketemu )