#09

Aileen tersenyum kala mendapati Jayandra berada di ambang pintunya dengan senyum yang merekah, ia sesekali melirik pintu apartemen Aruna yang berada di depannya, pintu itu tertutup.

“Langsung aja? Apa gimana?” Tentu Jayandra menaikkan kedua alisnya ketika mendengar pertanyaan dari Aileen.

“Yaaa, langsung? Emang mau ngapain dulu? Bersihin kamar mandi?” Sang gadis hanya memutar bola matanya dengan malas sebelum benar benar keluar dari apartemennya, dan menutup pintu apartment yang sudah otomatis akan terkunci.

Ia menggandeng tangan Jayandra dan berjalan berdampingan menuju lift gedung apartemen.

“Mau dinner dimana emang?” Tanya Aileen, mendongak, menatap netra Jayandra yang kini sudah menatapnya.

“Sama Papa.”

Aileen berhenti. Tubuhnya pun ikut menegang kala mendengar jawaban dari sang kekasih.

“J-ja..”

“Hahahahaha! Gak gak... Aku tau kamu belum siap,” Jayandra mengacak surai Aileen dengan gemas, “Tapi kalo udah siap, bilang sama aku ya...” Ujar Jayandra menurunkan tangannya yang berada di puncak kepala Aileen.

Gadis itu hanya menunduk, memainkan jari jemarinya, seolah tau apa yang ada di fikiran sang gadis, Jayandra segera merengkuh tubuh mungil itu, memeluknya dengan erat seraya mengelus punggung sempit kekasihnya itu.

“It's okeey, Aileen... Aku gak nuntut kamu buat cepet siap ketemu sama Papa..”

Aileen membalas pelukan Jayandra tak kalah eratnya, “Aku... Aku cuma takut jatuhin ekspetasi Papa mertua...”

Jayandra terkekeh kala mendengar bagaimana Aileen memanggil Papanya, “aku udah bilang ke kamu kalo Papa gak pernah nuntut apapun ke orang yang aku pilih buat jadi pendamping ku, Ai... Jadi, gak ada yang perlu di takuti...”

Mereka berdua melepaskan masing masing pelukan, lalu tangan Jayandra memilih untuk menangkup kedua pipi Aileen, dengan ibu jari yang mengusap pipi lembut Aileen dengan sayang.

“Gak usah terlalu dipikirin yaa?” Ucap Jayandra dengan tatapan yang menenangkan, membuat Aileen perlahan mengangguk kaku.

Jayandra tersenyum, memajukan kepalanya, dan mengecup lama kening Aileen dengan mata yang tertutup, “Aku sayang banget sama kamu... Kamu tau itu kan?”

Lagi lagi Aileen mengangguk, ikut menutup matanya, merasakan bagaimana perasaan Jayandra yang di salurkan terhadap Aileen.

Perlahan, gadis itu membuka matanya, ia yang notabene nya menghadap Jayandra yang tengah membelakangi tangga darurat, tak sengaja melihat pintu darurat yang sedikit terbuka, menampilkan akan sosok yang memperhatikan kegiatan mereka berdua.

Ia menegang, kala menyadari itu, membuat Jayandra mengerutkan kedua alisnya penuh tanya.

“Kenapa, Ai?”

Aileen masih terdiam dengan tatapan tertuju pada pintu darurat yang kini sudah kosong. Tidak ada seorangpun disana setelah 'sosok' itu memilih pergi kala Aileen menatapnya dengan tiba tiba.

“Ai..?”

Tangan Aileen berubah menjadi dingin, Jayandra bisa merasakan itu, sebab dirinya tengah menggenggam tangan lentik milik Aileen.

“Aiー” “Jaja ada yang merhatiin kita dari tadi...” Potong Aileen dengan suara lirihnya, ia menatap Jayandra dengan tatapan ketakutan.

Segera, pemuda yang dihadapannya menoleh kearah pintu darurat yang sudah tidak ada siapapun disana.

“Mana?” Tanya Jayandra penuh kekhawatiran.

“Jaja... Aku takut...” Air mata sudah menggenangi pelupuk mata Aileen, hingga membuat Jayandra semakin di rundung rasa khawatir. Ia segera merengkuh Aileen, memeluknya dengan erat

“Hey... Ada aku... Ada aku... Kamu gak perlu takut... Okeey?”

“Dia... Dia natap aku... Natap aku tajam banget... “

“Ssstttt udah ya... Jangan di pikirin lagi.. okeey? Ada aku, Ai... Ada aku...” Tenang Jayandra, ia mengusap punggung serta belakang kepala Aileen dengan lembut.

Sedangkan sang gadis memeluknya dengan erat, menenggelamkan wajahnya pada dada Jayandra.

Sebuah notifikasi pada ponsel Aileen membuat keduanya melepas pelukan.

“Liat dulu, itu siapa, kali aja penting...” Kata Jayandra dengan tangan yang sudah mengusap kepala Aileen.

Aileen mengangguk, lalu membuka tas jinjing nya, mencari dimana ponsel nya berada.

Saat ia sudah membuka dan membaca pesan yang baru masuk, lagi lagi ia menegang, tangannya kali ini semakin bergetar hebat dengan tubuh yang sama sama bergetar.

“Ai? What's wrong?” Tidak ada jawaban, Aileen hanya menatap ponselnya dengan tatapan ketakutan.

Tanpa perlu banyak bicara, direbutlah ponsel itu oleh Jayandra, hingga ketika matanya mulai membaca satu persatu huruf yang tampil pada benda pipih itu, tangannya mengerat, memperlihatkan bahwa dia marah kala membaca pesan teks tersebut.

“Shit!”


Selamat makan malam bersama 'kekasih gadungan' mu itu sayang...